Bergantung di penghujung kaki langit yg menghimpit mercusuar, mercusuar dengan orbit satelit waktu yg anjlok dilintasan rel. Menumpahkan balok-balok not yg berbaris melantunkan dentuman waktu-yg digubah planet dari serbuk asteroid, serpihan meteorit, bersimultan gugusan notasi- melipur lara dengan harmonisasi galaksi.
Sejengkal dari waktu bermain drama, bumi menanjak atap langit diatasnya, membiarkn lepas waktu bebas bergumul dengan bulai kapuk membujal di deretan tangga nada.
Sedepak dari pelataran langit, kuda meringik pada birama yg salah, terlalu sumbang untuk menyelaraskan kepala. 4/4!! Itulah yg selalu dibisikan angin lewat kicauan burung. Segembala, seternak, sekelumit irama.
Waktu terdiam sedetik, tapi semenit lbh lama, ia tertinggal, atau bahkan ditinggalkan? Bumi yg hanya berotasi pada porosnya, menghampakan sdkt ruang waktu yg tak berevolusi disabuknya.
Kelak ufo menyeret senja mengusir malam, waktu berjemur berpayung matahari, menguapkan airmata dilumbung sukma hyang waktu.
No comments:
Post a Comment