Terhanyut dipantai bersembunyi dibalik tabir hitam yg menghempas tongkang, menggiringku terdampar disebuah nusa pengasingan aristrokat yg mengejawantahkanku tanpa eksepsi bagai desertir yg menari berselimut dewangga.
Tertawan ditapal batas penalaran yg tidak mentolerir kealfaan yg berepetisi.
Ingin sekali meredam genderang amarah yg bermutasi kebencian, mencegah akarnya mencuat keluar menjerat hati yg nirmala.
Noktah merah yg terlanjur mengotori paras, tak mampu memudar hanya dengan usapan kain motif kotak, yg mengkotak-kotakan kesalahan dengan ruang dimensi waktu.
Tertawan ditapal batas penalaran yg tidak mentolerir kealfaan yg berepetisi.
Ingin sekali meredam genderang amarah yg bermutasi kebencian, mencegah akarnya mencuat keluar menjerat hati yg nirmala.
Noktah merah yg terlanjur mengotori paras, tak mampu memudar hanya dengan usapan kain motif kotak, yg mengkotak-kotakan kesalahan dengan ruang dimensi waktu.
No comments:
Post a Comment