slalu aku yang memugar puing-puing pukal kayu yang pukah, terguncang puyuh yang riuh?
kenapa aku?
hanya aku jadi pangelasanmu yang pengkor mengemis pelitur pintu hatiku, wahai panembahan?
kenapa aku?
yang membiarkan angan ini lepas bergumul dibulai kapuk yang membujal membuncah dipekarangan langit, kubegitu alit, dan inilah sederet gurit yang terkelupas dari kulit yang menganga tercabik parit sang durna ...
kenapa aku?
jadi belang-belang kecil yang memburamkan damai digalangan daksina? karena aku ke utara dan dia ke selatan, tak akan ada titik pertemuan bumi dan langit, tak akan berhimpit kiri dan kanan, mereka kan slalu berjauhan kelak bersebrangan.
kenapa kamu?
menderaku begitu derasnya menyengatku begitu sangat dan menelantarkanku memandangi derap langkah lepergianmu,,
No comments:
Post a Comment