Aku melihat sebuah besi berbaris diatas pasir jingga menghadap ke tenggara, membelakangi dinding yang menelungkup ke barat daya, aku menyapa pagar yang berdiri tegap di timur laut entah tuli atau sedang kalut, ia terdiam tak menyaut, lalu aku bertanya sepilar atap rotan yang dihiasi ukiran bambu yang menunggu runtuh oleh sehembus puyuh, apakah engkau sedang menaungi sesuatu? Karena aku perlu atap untuk meratap, dan aku pun berucap:
"Beri aku celah disudut dinding beton di hujan malam nanti,
Kukan memilah warna tuk ditampilkan saat ku pulang nanti,
Agar aku dapat meloloskan diri pada badai nanti,
Menikmati warna pelangi ciptaanku nanti,
Bersama dirinya suatu saat nanti,
Hingga akhir suatu zaman entah, namun pasti!!!"