RUANG HATI DAN IMAJINASI

BERIKAN HATIMU RUANG DAN BIARKAN IMAJINASIMU DATANG

Thursday, July 23, 2009

Vaya con Dioz!

My mind is bombarded brutally with suspicions, anxiety, despair, rage,, it begins creeping into my mind, rushing through my blood circulation and inhabitating in the chamber of animosity.

It is gonna let up endurance bit by bit,,

i am trying so hard to chase it away, though it makes a scar on my heart, it is way better than broke my heart and make it torn into pieces.

Hmmm, i aint got find it quite sure that i have a prayer to win this battle,,

Vaya Con Dios girl,,

Kudapan Hari

Menyeruput secangkir waktu ditambah setengah sendok kejengahan menambah aroma kenikmatan menggauli hari

Kadang bolu lapis senyum legit diiris dua dengan:
setengah dibelah amarah,
seperempat penuh umpat, sisa
seperempat buat kerabat,
menggiurkan hari yg bermimikri * sering kuning kala berdamping * entah merah naik darah * atau biru mengharu deru * kendati hitam bukan langgam bukan berarti kelabu berabu-abu *

Hanya pelangi sanggup berdikari, sedia menari dihujam artileri, kukuh terpatri menghantam kavaleri, tidak bermimikri atau harakiri, tetap mejiku tidak dulu ungu ataupun biru, namun terus berlalu ke hibiniu.

Tersesat

Mengapa kau menghindar mendaki pagar terhadap barisan kata berkoar blokade frasa berkelakar entah gahar berpendar kian leleh memudar Tiada jalan kau tahu kala stasiun menuju terminal mengadu otot peluh berpadu mungkin Utara tertuju
Timur Barat beradu barangkali Selatan dibalik perdu barakbarak serdadu atau kau lempar dadu menapaki tangga mengejar madu hindari ular menjaja empedu Kau tersesat bergeliat bergulat dengan niat bersanding lalat gegas berangkat tiada beralat hendak kau rehat gurat paras pucat urat tak bersemangat minggat tinggali penat

Syair mana yang diulang???

Dia terjatuh.kau melempar kosong.Dia terbanting.kau menuang semu.Dia terperanjat.menadah isi segaris bayang.Dia tak tergelincir.mangkir ke pinggir.tersudut syair.baitbait menyihir.
dia berjalan seraya lari.dikejar jangkar mengejar.diserambi sanubari,ingkari sapa hang fajar.
dia terapung, berternak capung.terombang-ambing ombak.sesaat badai rampung.menyekap capung.mengguyur dibak.sulit mengelak.tengkulak.hibahi bidak.skak!!!
Dia tertembak.kau terbahak.congkak!Hulumu bengkak!Biar, lekas katarak!
Dia didepak.dilapak lapak.pelakon jalan perompak.
dia pulang.kau bersulang.entah lirik mana yg akan diulang??

Terteror Fobi

Hmmm, tersadar setaun sudah masa suram berlalu jatuh tepat pda bulan ini, kini kecemasan mulai menggerogoti dinding pikiranku.
Sudah kali ke sepuluh setelah mengamati prubhan fisik yg tampak begitu nyata bagiku tp tdk bagi mrka, dengan sekuat2ny aku menarik nafas panjang, merasakan penuh resah tiap hembusan yg melampiri, mencoba meredam kekhawatiran yg berkecamuk konsentrasi, dan mulai melahap separo waktu yg tdk pernah kusediakan untuk itu.
Capek!
Kata itulah yg bs merepresentasikan aku sekarang.
Jujur, jauh lebih banyak menguras energi berpacu melawan "fobi" ini drpd marathon 5km, atau harus berpeluh mengayuh sepeda ditengah hari.
Berulang kali mengujar litotes sekedar untuk melibas kegusaran hati yg lejar agar lenyap, lesap tergerus arus. Dan berharap logika tetap berada dikoridor yg semestinya, tidak terhasut berbagai fuad yg berfusi. Amin.

Catastrophe

in the night of summer
we yelled out each other
you slammed that fuckin' door
threw all things to the floor

u got mad
i knew it's bad
i was sooooo sad
'cuz you cut me dead

i was so taken aback
u fell down and ran amuck
ouch suck ,,, what the fuck
i think it's down on my luck

i feel low
full of sorrow
and for now
i wanna get my pillow

after all
you're my all in all
for good and all
never occured to my mind
you did that but it's fine
everything has settled down
let's put head down
let bygones be bygones

fdct

ever in my lifetime, i'm so lonesome,
got nowhere to go,
i barely eat, scarcely speak,
i ain't got find no place to rest,
i am so tired,
and got bored,
my life is blue and turning red,
i mad at nobody,
'cuz i have no buddy,
i hate my fate,
but it's too late,
'cuz already born,
and my life's so worn,..

belas

ku keluar dengan jarum panjang dua belas melebihi sepuluh ketukan perputaran waktu dari liang yang terkubur puing-puing jamblang,
berjalan di tepian padang yang sebelumnya rimba tertutup ilalang,
mengukur lintasan sembari tengok ke belakang menghempas sisa-sisa proses hidup bila mendarat dilandasan kaca kutampak terlihatnya, belang ...
bertemu undakan batu menjulang,
diatapi pun bernyawa,
kucoba mengisi perut didalamnya,
tertidur dialasnya, ...
malam itu sungguh panjangnya tak sekalipun ku memejamkannya,
dan berlanjut keesokannya, ...
kufikir hanya aku tahu itu,
itu yang kusembunyikan,
tahu kularikan, ...
entah sebaiknya ku pulang saja dengan sembilan enam belas waktu digital, ...

Companionship

As long as i have a bunch of buddies,
i will never be loveless,
bossom friend will always be there,
when i need a little care,,

they cheer me up, buck me up, they say stand up, we can make it up,,

so just smile up, put ur hands up, don't u give up, we can pop pop pop pop pop it up!!!
((:

Artificial Love

How long i have to wait,
i truly want to get this straight,
i cant't stand with all this fight,
make me upset and desperate.

I've pretend and lied to you,
that everyday i crush on you,
but i'm sorry it can't be true,
cuz all my heart nothing left he took,

i love him and love you not,
but i wont to make you hurt,
i don't wanna be a hypocrite,
so we'd better off separated ..

Hopelessly Lost

I'm fragile, i'm reptile..
Crawling in the path that i've choosen.
With a story without title..
Acting in the stage that i've written.

hestitate....
It always screw me up when i concentrate.
Desperate....
I hardly can think clearly it's the most i hate.

I need someone who help me up,
i need someone who light me up,
i need someone to make this up,
i need before the time is up...

I hope somewhere someone will come, get me grab me take me home,.
I know somehow someday it'd come,.
dignity, serenity, eternity,.

Trivial

Long time no hear from you,
suddenly you're back say i love you,
you asked me whether we will get this true,
you and i get through the life by two..
I don't know what i'm gonna say,
this fucking thing get me to die,
maybe you have to take your way,
just leave me and say goodbye,

you know i'm not available,
no longer single,
but now i'm double,
so it's very impossible,
even i have to admit that you're so incredible.

You're my past and not the future,
even you've became a new figure,
frankly speaking it doesn't cure,
my broken heart and its texture...

Delirious

Awan kelabu hitam kembali menutupi rangka kayu usang ditopang batu koral yg harus menahun untuk tumbuh tiap panjangnya.
Dengan kesabaran ia merajut nilon emas si itik untuk terbang ke utara menyusul harapn yg tertiup angin muson iklim kemarin, untuk menjadi sang angsa.
Badai pun tak jua lepas mengkaramkan kapal pengampunan yg telah berlayar melabuhi pulau pengorbanan ditengah ketulusan matahari yg selalu menerangi tanpa imbalan. Meskipun beristirahat sejenak sang kekasih bulan tetap setia menggantikan cahayany kala malam menjelang. Keredupanny menjaga setiap nokturnal melangsungkan hidupnya ditengah penyimpangan ketidaknormalan regulasi alam.
Apakah pelangi muncul membiaskan pantulan harapan bumi dengan gradasi warna penuh makna. Berharap bunga bersemi ditengah meranggasnya daun padang kekecewaan yg Gersang dengan kaktus menusuk musafir yg bermataforgana.
Dan akhirny penantian terhadap mata air penyegar dahaga akan harapan baru tiba agar tidak mati mereka yg terseret bandang menghanyutkan semua asa.

Delirious part II

Dibalik belikatku kau membidai waktumu memintal untaian harinya untuk bersinergi melumpuhkan aku.
Terengah ku mendapati kau sedang mencabik bangsal hati yg kau paham benar itu penimbunan cadangan nyawaku.
Kapak digenggamannya merobek tepat palung jiwaku yg menggema menasbihkan namamu disetiap debit darah aliran pusaramu.
Ketidaksadaranku membius logika yg bermuara ke lembah nirwana para batari menari, menenggelamkanku dibendungan air mata.
Tak sempat tertegun memuji arakan serdadu diiringi gamelan sendu karena tlah terkremasi sebelumnya oleh persembahan di malam rabu.

Delirious part III

Terhanyut dipantai bersembunyi dibalik tabir hitam yg menghempas tongkang, menggiringku terdampar disebuah nusa pengasingan aristrokat yg mengejawantahkanku tanpa eksepsi bagai desertir yg menari berselimut dewangga.
Tertawan ditapal batas penalaran yg tidak mentolerir kealfaan yg berepetisi.
Ingin sekali meredam genderang amarah yg bermutasi kebencian, mencegah akarnya mencuat keluar menjerat hati yg nirmala.
Noktah merah yg terlanjur mengotori paras, tak mampu memudar hanya dengan usapan kain motif kotak, yg mengkotak-kotakan kesalahan dengan ruang dimensi waktu.

Satu Lima Belas Siang

Terdiam menghitung mundur detak jarum dinding usang berdentum berirama disebelah ruang kosong yg tak bernyawa namun bukan laba-laba murung dibalik bayangan kesendirian, merajut jalanya menghiasi atap rotan bilik bambu membantah keberadaan kesunyian akan kehampaan.
Termangu terbias dian surya yg mulai meninggi menghangatkan ragawi terkapar kaku, melelehkan lidah terbujur kelu, tapi tak jua mencairkan kepekatan konsentrasi jemu yg terlampau jauh menyebrangi garis pertahanan titik jenuh.
Terkecoh dengan euforia semu yg berkamuflase menjamu kepenatan yang sejatinya tak lekang hanya memanjakan pikiran meluangkan kamar tuk diinapi angin yg membawa ketidakenakan.
Lalu bagaimana caranya mengusir ketersendirian yg melekat erat dan terasa berat kala kekosongan hati pun turut bergeming meminta untuk ditemani.
Keyakinan itu, harapan akan pelita pencerah jiwa masih tetap hidup walau tertimbun dilorong bawah alam kesadaran terkucilkan oleh keegoisan yang lalai mensyukuri kenikmatan yg mengalir dihembusan nafas tiap kali mengejapkan mata.

Aku di Hariku

Desiran angin terdengar lirih menyipak lembut rambut kusut, terpaut baut terbalut rajut lumut berkalut, mulut diam tersulut bungkam menambah lengang kesunyian malam nirtemarang.
Aku, Senin, terbawa angin.

Membebaskan retina dibias rona warna pena mencerna makna hiragana, suasana laksana tektona merona pipi durjana, sesaat Rusdiana mempesona diatas pelana.
Aku, Selasa, belajar bahasa.

Terhanyut disudut utara timur laut surut, merenggut urat-urat pesut berdenyut, turut mengerut siput berlutut, berlendir, khawatir secangkir jamuan padang pasir, mangkir mengusir kejemuan berladang kasih sayang, berlabuh di Monas untuk berdinas.
Aku, Rabu, sedikit kelabu.

Sebongkah es mencair membasahi pelupuk atmosfir mengalir ke hilir bumi menjelma tangisan mumi, belasan kodok berirama menyambut lesung kembali menggaung, menyayat kulit benih merintih saat sawah bergairah menguburnya dalam tanah bersimbah darah yg tidak merah, rintik air detik terakhir memasung niat yg sebelumnya membahana mengingat sulitnya katakana.
Aku, Kamis, hujan gerimis.

Waktu seakan membatu, agak malu atau terkesan pilu, berjalan merangkak sesekali merondang, namun tercengang hingga berontak, mendapati detiknya berlari menghindari menit yang seakan genit, menghantarkan salam kepada si jam, untuk padam lebam tenggelam.
Aku, Jumat, tak bersemangat.

Menorehkan gincu diatas senyum berkembang yg terpantul cermin terpajang, merefleksikan kegiuran sukacita yg tertahan penjara waktu dengan penjagaan kesibukan maksimum superketat, membebaskan kerinduan tanpa remisi, mengobarkan amunisi gelora asmara, menghempaskan evolusi rasa, menggemparkan galaksi, berotasi, merealisasi fantasi dunia imajinasi manusia.
Aku, Sabtu, Menjadi satu.

Tak ada yg terlukiskan, terfikirkan, terucapkan, terdengar, terlihat, terasa, tertoreh, tertulis, tersirat, terbayang, terkenang, hanya ada itu yang terungkapkan dan membuat semua terdiam.
Aku, Minggu, selalu terganggu.

Senja

Goresan oranye muda tampak bersentuhan lembut di hamparan biru tua, seakan bersetubuh dibatas cakrawala, memisahkan sisa cahaya benderang siang dengan lentera malam, yg setengah hidup setengah redup.
Menggiring burung hijrah ke barat untuk pulang beristirahat.
Guratan ekspresinya memaksa kapiten melepas jangkar untuk berlabuh,
atau sekedar membasuh peluh,
Senja,,,
selalu manja bila dipuja, di pantai selatan JogJa..
Terlihat manis bila mengangis, di sepanjang Pantai Parang Tritis,
suka berdusta kalau berkata, di Nusa Dewata Pantai Kuta.
Nuansa asyik tuk bermesraan, diromansa terbaik Pangandaran.
Senja,,
tak pernah bermuram durja,
diterpa kenistaan yg meraja,
walau tak sebebal baja,
kaulah senja, mahkota Raja...

Wednesday, July 22, 2009

Erupsi Emosi

Untuk kali kesekian di bulan Juli, lava meluapkan murkanya.

Lahar panas meleleh dibibir manisnya, mengguncang hati kala luapan tak tertahankan. Menumpuk hingga mengerupsi kesabaran. Menyusup keluar menyuamkan muara air mata, mencairkan dan membasahi dipelupuknya. Mengaliri bukit kekesalan, melewati kaki gunung hingga menjamah ke lubuk lembah gelisah.

Lereng terjal tak sanggup menjegal muntahan kerikil tajam dari mulutnya.

Kabut asap pekat mengaburkan logikanya.

Serpihan abu mengotori bening hatinya.

Bara emosi kian membakar perasaan yg panasnya menghanguskan lalu mengemulsi cinta dan benci membentuk kawah triwarna:
Merah,
untuk kesabaran yg menyerah, pasrah, lelah akan amarah, terserah.
Hitam,
untuk benci yg naik pitam, menghantam tembok mataram, ambrul tenggelam begitu dalam.
Putih,
untuk kesucian cinta yg tak letih mengawal tuk setia gigih tiada beralih, sedia kokoh menjadi sandaran hati yg luput dr noda pengkhianatan yg mengusik dalam lirih.

Perjalanan lava dr hulu senantiasa berakhir di hilir.
Dimana ia kan menyatu dengan air, sebagian membatu dan menjelma pasir.
Ia kan mengalir berpadu dengan ombak menghempas tebing pantai. Ia kan mengeras menjadi alas penghias terasteras istana. Ia kan menjadi bagian gedung menjulang pencakar langit. Ia kan menjadi bagian keluarga sebuah rumah, menjadi bagian agung gedung2 sekolah, menjadi perekat batu nisan dipersemayaman keramat, jg menjadi saksi pelakon korupsi dibalik jeruji besi.

Tanah basah yg terus menangisi gemburnya ketulusan dibanjiri keegoisan lava, perlahan akan menumbuhkan kembali pohon pengertian yg tumbang tersapu terjangan lava yg berang. Kelak batangnya menetaskan ranting kepercayaan. Tiap ranting yg hdp akn melahirkan daun kebahagian yg rindang. Walau akan layu, kuyu tertiup angin lalu, akan tergantikan dgn tunas kebahagiaan baru.

Dan gunung pun akan memugar konstruksi emosi agar hidup serasi tanpa eksepsi.

FUAD

Gontai melambai selendang gamang, menyelimut kusut selaput kalut, menyelisir tiap jengkal kesal, menyayat pilu oleh sembilu haru.

Seloki wiski memabukan caci maki hingga terlontar keluar koridor altar.

Relung jiwa terbombardir renta bagai resimen melepas salvo membidik ke seantero Rio de Jenairo,,
palung hati terpasung belati serempak kepongahan merempuh nurani, senyampang sanubari singgah bersewaka sukma

Menyuluh pelita suargaloka meretas batas terusan Suez, membelokan dian temabur ditempayan, merefleksikan teja ke tempias tongkang. Menggugah Manyar mengayam sarang sebelum senja mengusung malam.

Kisah Jalak

Menyangsi jalak bersambut bumerang- tidak di Australia dikantung kangguru- melancong purnama di Arafuru. Jalak menyapit bintang tuk berenang di Oasis belang yang terasa biru berbayang surya, dn begitu ungu ketika bersembunyi diketiak purnama. Tapi sebelumnya ia hanya sebelah jadi agak merah, kadang ia sangat letih hanya bintang bintang yg berseloroh mencemooh Jalak berbedak.
Hahaha,
memang Jalak genitnya parah, merayu kumbang di lintasan orbit, mahfum entah ia, berjejal planet diparkiran galaksi berebahan dalam bianglala raya memandang ia menggelontorkan lawakan.
Bulan kini memunculkan senyumnya lagi mengundang kumbang hinggap dipipinya yg merona. Sontak jalak tersulut cemburu begitu hampa karena kumbang menghisap udara diputik bulan.
Jalak merana diGua Sembilan karena Satu Dua Tiga danau ia rengkuh, terlampaui telah pulau entah,tak kunjung empat lima enam dayung terkayuh ,., ia dipangku angin melipat tujuh nirwana pada langit kedelapan lantai sembilan dimana cintanya bersemayam.

Salah tangga nada waktu

Bergantung di penghujung kaki langit yg menghimpit mercusuar, mercusuar dengan orbit satelit waktu yg anjlok dilintasan rel. Menumpahkan balok-balok not yg berbaris melantunkan dentuman waktu-yg digubah planet dari serbuk asteroid, serpihan meteorit, bersimultan gugusan notasi- melipur lara dengan harmonisasi galaksi.
Sejengkal dari waktu bermain drama, bumi menanjak atap langit diatasnya, membiarkn lepas waktu bebas bergumul dengan bulai kapuk membujal di deretan tangga nada.
Sedepak dari pelataran langit, kuda meringik pada birama yg salah, terlalu sumbang untuk menyelaraskan kepala. 4/4!! Itulah yg selalu dibisikan angin lewat kicauan burung. Segembala, seternak, sekelumit irama.
Waktu terdiam sedetik, tapi semenit lbh lama, ia tertinggal, atau bahkan ditinggalkan? Bumi yg hanya berotasi pada porosnya, menghampakan sdkt ruang waktu yg tak berevolusi disabuknya.
Kelak ufo menyeret senja mengusir malam, waktu berjemur berpayung matahari, menguapkan airmata dilumbung sukma hyang waktu.